Assalamualaikum
Dokter Zubairi Yth,
Beberapa waktu lalu, saya ke rumah sakit menengok paman yang sedang
sakit ginjal dan sempat mengantar ke ruang cuci
gay mobile porn
darah. Beliau menjalani cuci darah tiga kali seminggu. Saya amat kaget
melihat ruang cuci darah yang semua tempat tidurnya penuh terisi pasien,
tidak ada satupun mesin cuci darah yang nganggur. Padahal, kata perawat di situ, setiap mesin dipakai oleh dua orang, giliran pagi dan sore.
Menurut
dokter yang merawat paman, hampir semua rumah sakit di Indonesia yang
mempunyai fasilitas cuci darah, selalu penuh pasien yang antre untuk
cuci darah. Terus terang saya takut juga, jangan-jangan saya nanti
memerlukan cuci darah juga.
Dok,
apakah yang menyebabkan seseorang ginjalnya rusak? Apakah dapat
dicegah? Apakah saya mempunyai risiko sakit ginjal, untuk dokter
ketahui, usia saya 51 tahun, agak gemuk, sakit diabetes yang terkontrol
baik, gula darah puasa antara 90-100 mg% dan tekanan darah tinggi ringan
sekali, sekarang 130/90 mmHg.
Marno, Yogyakarta
Waalaikumussalam wr wb
Mas Marno yang baik,
Cuci darah atau hemodialisis (HD) merupakan upaya yang mutlak penting
untuk mempertahankan kehidupan bagi pasien dengan gagal ginjal menahun.
Ketika fungsi ginjal pasien makin memburuk, sehingga tidak cukup untuk
mempertahankan hidup, dan proses penyakitnya dikategorikan tidak bisa
pulih (irreversible), maka diperlukan cuci darah (hemodialisis) atau cangkok ginjal.
Artinya,
tanpa upaya tersebut, pasien gagal ginjal akan meninggal, akibat
keracunan darah (uremia), akibat sesak napas karena penimbunan cairan,
atau gangguan asam-basa di dalam darah ataupun karena gangguan
elektrolit.
Walaupun
cuci darah menyelamatkan nyawa dan memperbaiki kualitas hidup pasien,
namun upaya ini tidak bisa memulihkan pasien kembali normal, selain itu
juga lumayan mahal.
Sesuai
dengan pertanyaan Mas Marno, yang akan dibahas kali ini adalah cuci
darah dan bagaimana kiat mencegah agar kalau kita sakit ginjal tidak
memburuk yang akhirnya perlu cuci darah.
Sebetulnya,
jumlah pasien cuci darah yang begitu banyak, yang Mas Marno lihat dan
dengar, ternyata juga dijumpai di semua rumah sakit yang mempunyai
fasilitas mesin hemodialisis di seluruh Indonesia. Yang mengkhawatirkan,
jumlah pasien cuci darah itu hanya mencerminkan sebagian kecil dari
anggota masyarakat Indonesia yang sakit ginjal menahun. Untuk diketahui,
gagal ginjal merupakan lanjutan, atau akibat yang nyata dari penyakit
ginjal menahun. Jumlah pasien dengan penyakit ginjal menahun banyak
sekali, ratusan ribu di seluruh Indonesia.
Masalahnya,
pasien penyakit ginjal menahun yang belum masuk tahap gagal ginjal yang
biasa disebut sebagai tahap insufisiensi ginjal, seringkali tanpa
gejala (asimptomatik). Jadi, tantangan kita -- termasuk Mas Marno --,
juga tantangan pemerintah adalah melaksanakan program yang efektif untuk
mencegah pasien penyakit ginjal menahun agar tidak memburuk, agar tidak
progresif menjadi tahap gagal ginjal menahun yang memerlukan cuci
darah.
Proses
kerusakan ginjal biasanya makan waktu sepuluh tahun atau lebih. Ada
beberapa penyakit yang paling sering menyebabkan kerusakan ginjal
progresif, yaitu kencing manis (diabetes) dan tekanan darah tinggi.
Beberapa penyakit lain yang kemudian bisa berlanjut ke gagal ginjal
antara lain adalah penyakit ginjal polikistik, batu ginjal, infeksi
ginjal, glomerulonefritis, kelainan ginjal akibat obat analgesik dan
lupus ginjal.
Walaupun
saat ini penyakit diabetes Mas Marno terkontrol baik, dan tekanan darah
tinggi juga ringan, ada baiknya hati-hati. Artinya, jangan lupa minum
obat yakni obat kencing manis dan obat tekanan darah tinggi, mengonsumsi
sayur dan buah setiap hari serta berolahraga ringan atau berjalan cepat
selama setengah jam setiap hari.
Saya
amat menganjurkan Mas Marno kontrol teratur ke dokter, memeriksa
tekanan darah dan gula darah, creatinin serta urine secara teratur, dua
bulan sekali, misalnya. Peningkatan kadar creatinin darah dan adanya
protein dalam urine memudahkan komplikasi jantung, karena itu perlu
dipantau berkala. Jangan lupa, setiap kali ke dokter, tanyakan
perkembangan kesehatan Anda.
Dapat
disimpulkan bahwa cuci darah dapat dicegah dengan beberapa upaya, yaitu
bila kita diketahui sakit ginjal, ya harus berobat teratur, demikian
pula bila sakit diabetes atau tekanan darah tinggi selalu berobat
teratur, melaksanakan diet sesuai nasihat dokter, cukup sayur dan buah
serta berolahraga ringan atau jalan cepat setengah jam sehari.
Namun
untuk yang sudah telanjur gagal ginjal, yang sedang menjalani cuci
darah, ya perlu dilanjutkan teratur, karena mutlak diperlukan untuk
menggantikan fungsi ginjal dan bermanfaat untuk bisa menjalankan
aktivitas sehari-hari.
Bila
ingin mengetahui lebih dalam lagi, silakan menghubungi divisi ginjal
hipertensi departemen penyakit dalam di rumah sakit umum di kota Anda.
Untuk Mas Marno ya di RSU Dr Sardjito Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar