Senin, 03 November 2014

PENGOBATAN BEKAM RUQIYAH TANPA HARUS CUCI DARAH

Assalamualaikum
Dokter Zubairi Yth,
Beberapa waktu lalu, saya ke rumah sakit menengok paman yang sedang sakit ginjal dan sempat mengantar ke ruang cuci gay mobile porn darah. Beliau menjalani cuci darah tiga kali seminggu. Saya amat kaget melihat ruang cuci darah yang semua tempat tidurnya penuh terisi pasien, tidak ada satupun mesin cuci darah yang nganggur. Padahal, kata perawat di situ, setiap mesin dipakai oleh dua orang, giliran pagi dan sore.

Menurut dokter yang merawat paman, hampir semua rumah sakit di Indonesia yang mempunyai fasilitas cuci darah, selalu penuh pasien yang antre untuk cuci darah. Terus terang saya takut juga, jangan-jangan saya nanti memerlukan cuci darah juga.
Dok, apakah yang menyebabkan seseorang ginjalnya rusak? Apakah dapat dicegah? Apakah saya mempunyai risiko sakit ginjal, untuk dokter ketahui, usia saya 51 tahun, agak gemuk, sakit diabetes yang terkontrol baik, gula darah puasa antara 90-100 mg% dan tekanan darah tinggi ringan sekali, sekarang 130/90 mmHg.
Marno, Yogyakarta

Waalaikumussalam wr wb
Mas Marno yang baik,
Cuci darah atau hemodialisis (HD) merupakan upaya yang mutlak penting untuk mempertahankan kehidupan bagi pasien dengan gagal ginjal menahun. Ketika fungsi ginjal pasien makin memburuk, sehingga tidak cukup untuk mempertahankan hidup, dan proses penyakitnya dikategorikan tidak bisa pulih (irreversible), maka diperlukan cuci darah (hemodialisis) atau cangkok ginjal.

Artinya, tanpa upaya tersebut, pasien gagal ginjal akan meninggal, akibat keracunan darah (uremia), akibat sesak napas karena penimbunan cairan, atau gangguan asam-basa di dalam darah ataupun karena gangguan elektrolit.
Walaupun cuci darah menyelamatkan nyawa dan memperbaiki kualitas hidup pasien, namun upaya ini tidak bisa memulihkan pasien kembali normal, selain itu juga lumayan mahal.
Sesuai dengan pertanyaan Mas Marno, yang akan dibahas kali ini adalah cuci darah dan bagaimana kiat mencegah agar kalau kita sakit ginjal tidak memburuk yang akhirnya perlu cuci darah.
Sebetulnya, jumlah pasien cuci darah yang begitu banyak, yang Mas Marno lihat dan dengar, ternyata juga dijumpai di semua rumah sakit yang mempunyai fasilitas mesin hemodialisis di seluruh Indonesia. Yang mengkhawatirkan, jumlah pasien cuci darah itu hanya mencerminkan sebagian kecil dari anggota masyarakat Indonesia yang sakit ginjal menahun. Untuk diketahui, gagal ginjal merupakan lanjutan, atau akibat yang nyata dari penyakit ginjal menahun. Jumlah pasien dengan penyakit ginjal menahun banyak sekali, ratusan ribu di seluruh Indonesia.
Masalahnya, pasien penyakit ginjal menahun yang belum masuk tahap gagal ginjal yang biasa disebut sebagai tahap insufisiensi ginjal, seringkali tanpa gejala (asimptomatik). Jadi, tantangan kita -- termasuk Mas Marno --, juga tantangan pemerintah adalah melaksanakan program yang efektif untuk mencegah pasien penyakit ginjal menahun agar tidak memburuk, agar tidak progresif menjadi tahap gagal ginjal menahun yang memerlukan cuci darah.
Proses kerusakan ginjal biasanya makan waktu sepuluh tahun atau lebih. Ada beberapa penyakit yang paling sering menyebabkan kerusakan ginjal progresif, yaitu kencing manis (diabetes) dan tekanan darah tinggi. Beberapa penyakit lain yang kemudian bisa berlanjut ke gagal ginjal antara lain adalah penyakit ginjal polikistik, batu ginjal, infeksi ginjal, glomerulonefritis, kelainan ginjal akibat obat analgesik dan lupus ginjal.
Walaupun saat ini penyakit diabetes Mas Marno terkontrol baik, dan tekanan darah tinggi juga ringan, ada baiknya hati-hati. Artinya, jangan lupa minum obat yakni obat kencing manis dan obat tekanan darah tinggi, mengonsumsi sayur dan buah setiap hari serta berolahraga ringan atau berjalan cepat selama setengah jam setiap hari.
Saya amat menganjurkan Mas Marno kontrol teratur ke dokter, memeriksa tekanan darah dan gula darah, creatinin serta urine secara teratur, dua bulan sekali, misalnya. Peningkatan kadar creatinin darah dan adanya protein dalam urine memudahkan komplikasi jantung, karena itu perlu dipantau berkala. Jangan lupa, setiap kali ke dokter, tanyakan perkembangan kesehatan Anda.
Dapat disimpulkan bahwa cuci darah dapat dicegah dengan beberapa upaya, yaitu bila kita diketahui sakit ginjal, ya harus berobat teratur, demikian pula bila sakit diabetes atau tekanan darah tinggi selalu berobat teratur, melaksanakan diet sesuai nasihat dokter, cukup sayur dan buah serta berolahraga ringan atau jalan cepat setengah jam sehari.
Namun untuk yang sudah telanjur gagal ginjal, yang sedang menjalani cuci darah, ya perlu dilanjutkan teratur, karena mutlak diperlukan untuk menggantikan fungsi ginjal dan bermanfaat untuk bisa menjalankan aktivitas sehari-hari.
Bila ingin mengetahui lebih dalam lagi, silakan menghubungi divisi ginjal hipertensi departemen penyakit dalam di rumah sakit umum di kota Anda. Untuk Mas Marno ya di RSU Dr Sardjito Yogyakarta.

pengobatan jantung dan asma



Assalamualaikum wr wb
Dr Zubairi Yth,
Adik saya, umur 28 tahun, dirawat di rumah sakit karena nyeri dada kiri. Kata dokter, serangan jantung. Kami terus terang amat terkejut. Adik kami masih muda, tidak merokok, selama ini tampak sehat, segar, gemuk, kok bisa kena serangan jantung?

Sebelumnya dia tidak pernah mengeluh apapun. Dia hanya merasa tiba-tiba dada sebelah kiri tidak enak, agak nyeri. Ketika selesai shalat, tiba-tiba dia terjatuh. Kami segera membawanya ke rumah sakit. Adik kami dianjurkan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium.
Mula-mula, dokter yang pertama menangani menganjurkan segera tindakan kateterisasi jantung. Tapi dokter yang kedua, lebih senior, meminta pemeriksaan laboratorium dulu yaitu troponin darah. Kami memilih laboratorium dulu. Akhirnya adik kami diberikan obat melalui infus. Alhamdulillah, membaik dan kini telah sehat lagi. Yang menjadi pertanyaan, apa sebenarnya serangan jantung itu? Apakah juga bisa terjadi pada usia muda dan tidak merokok? Apa yang harus dilakukan? Terima kasih.
Fira, Jakarta

Waalaikumussalam wr wb
Mbak Fira yang baik,
Alhamdulillah, kondisi adik Anda sudah membaik. Sebutan 'serangan jantung' menggambarkan suatu gejala yang menyerang jantung secara tiba-tiba dan bisa berulang. Umumnya, pasien yang mengalami serangan jantung mengeluh nyeri dada atau dalam bahasa medis dikenal sebagai angina pectoris.

Tak hanya rasa nyeri, keluhan angina kadang digambarkan sebagai rasa tidak enak di dada, rasa tertekan benda berat, sesak napas atau napas terasa sukar, serta rasa panas di dada. Lokasi nyeri atau rasa tidak nyaman tadi umumnya dirasakan hanya di dada kiri, walaupun beberapa pasien merasakannya menjalar ke bahu, lengan kiri, leher, dagu atau punggung.
Bila ada keluhan tersebut, dokter biasanya menduga kemungkinan penyakit jantung koroner. Sambil menunggu hasil pemeriksaan penunjang (EKG, tes darah dan lain-lain) untuk memastikan dan melihat kondisi jantung, dokter akan segera memberikan pertolongan pertama. Biasanya dokter memberikan oksigen dan aspirin aspilets ascardia dosis rendah, kadang-kadang disertai penghilang rasa nyeri.
Mengapa timbul angina atau nyeri dada? Angina atau nyeri dada timbul akibat terganggunya aliran darah ke otot jantung. Ketika aliran darah di otot jantung terganggu, maka terjadi gangguan masukan oksigen dan zat-zat penting lain ke otot jantung. Akibatnya otot jantung di lokasi itu tidak dapat bekerja optimal, yang selanjutnya mengganggu fungsi jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Jadi, otot jantung akan mengalami iskemia dan dada terasa nyeri, bila aliran darah di pembuluh darah koroner tidak adekuat, tidak mencukupi kebutuhan otot jantung terhadap oksigen. Nyeri dada yang timbul merupakan interaksi yang kompleks antara ujung-ujung saraf yang dirangsang oleh zat kimia dan mekanik, dilanjutkan ke korteks otak melalui serabut saraf tulang belakang dan talamus.
Apakah angina selalu disebabkan oleh penyakit jantung koroner? Ternyata tidak semua angina disebabkan oleh adanya gangguan aliran darah jantung atau penyakit jantung koroner. Ada beberapa kondisi yang dapat pula menyebabkan timbulnya angina. Pada pasien anemia berat misalnya, kurangnya jumlah oksigen yang dihantar ke seluruh tubuh termasuk ke jantung menjadi pencetus timbulnya angina. Juga pada orang yang mengalami gangguan katup jantung. Kadang-kadang, ada penyakit di luar jantung, misalnya tukak lambung (sakit maag), yang dapat memberikan gejala mirip angina pectoris.
Angina dapat mengenai siapa saja, lebih banyak ditemukan pada laki-laki dari pada perempuan. Usia pasien umumnya di atas 40 tahun, walaupun sesekali dijumpai pada usia yang lebih muda. Dalam hal adik Anda, bila sudah dipastikan mengalami serangan jantung, perlu dicari faktor risiko yang lain, selain gemuk, misalnya apakah ia jarang olahraga, tinggi kolesterol, adakah tekanan darah tinggi, atau ia tidak senang makan sayur dan buah. Bila adik Anda perempuan, perlu dipastikan apakah ia sakit lupus, karena ada kecenderungan untuk trombosis pada lupus sistemik (SLE).
Bila adik Anda mengalami nyeri dada lagi, segeralah datang ke rumah sakit. Dokter akan mewawancarai tentang awal timbulnya gejala serta faktor-faktor risiko yang dapat menjadi penyebab. Merokok, kebiasaan konsumsi minuman keras, gemuk, obesitas atau amat gemuk, kadar kolesterol tinggi, diabetes mellitus adalah beberapa hal yang merupakan faktor-faktor risiko yang meyebabkan timbulnya angina.
Mengingat seriusnya angina ini, dapat berlanjut sampai infark jantung yang dapat mematikan, maka bila Anda atau keluarga mengalaminya, segeralah ke fasilitas kesehatan terdekat. Namun jangan panik. Bernapaslah dengan normal, bersikaplah rileks dan minta tolong orang terdekat untuk mengantar Anda ke fasilitas kesehatan terdekat.
Setelah pemeriksaan fisik dan EKG, dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah dan radiologi, serta pemeriksaan kateterisasi jantung. Umumnya, dipilih pemeriksaan penunjang yang tidak invasif terlebih dahulu sebelum pemeriksaan yang bersifat invasif.
Terapi yang dibutuhkan pasien memang perlu cepat dan tepat, disesuaikan dengan penyebab timbulnya angina dan derajat keparahan penyakit. Tujuan terapi untuk memperbaiki kondisi oksigenasi pada otot jantung dan mengurangi resiko timbulnya sumbatan pada aliran darah jantung. Pada kondisi yang berat, dengan pembuluh darah jantung yang menyempit atau tersumbat, seringkali diperlukan terapi lanjutan, misalnya dengan tindakan pemasangan sten.
Pengobatan lain yang juga perlu dilakukan adalah mengobati penyakit lain yang ada, misalnya diabetes mellitus (kecing manis) atau kadar lemak darah yang tinggi, atau lupus bila ada. Demikian pula harus dilakukan perubahan gaya hidup ke arah yang lebih sehat. Menghentikan merokok, berolahraga teratur, banyak mengonsumsi buah dan sayur, adalah hal sederhana yang amat menunjang kesehatan kita.
Bagi yang sudah menderita penyakit jantung koroner atau kencing manis atau tekanan darah tinggi, jangan lupa untuk kontrol rutin ke dokter Anda. Selain itu, bawalah obat yang harus Anda konsumsi secara rutin dan teratur kemana pun Anda pergi dan minumlah obat tersebut sesuai petunjuk dokter. Mbak Fira, adik Anda perlu berobat teratur pada: dokter spesialis penyakit dalam, subspesialis (konsultan) jantung atau boleh juga ke dokter spesialis jantung. Nah Mbak Fira, semoga penjelasan singkat ini dapat menjawab pertanyaan Anda. Salam untuk keluarga